NILAI - NILAI AJARAN VEDA
SEBAGAI PENOPANG KEHARMONISAN KELUARGA
Oleh : I Ketut Mundra
Satyam maataa pita jnaanaan,
dharmo Bhrata daya sakha,
santih patni ksama putrah,
sadete mama bhandavah.
Niti Sastra XII. 11
Kebenaran adalah Ibuku, Ilmu Pengetahuan suci adalah ayahku, kewajiban suci adalah saudaraku, belas kasihan adalah temanku, kedamaian adalah sitriku, memaafkan adalah putra - putraku
Apakah yang sangat berarti dalam hidup ini ?. Pertanyaan ini mendapat jawaban sangat variatif dan berbagai versi sesuai dengan kama atau keinginan mereka. Ada yang mengatakan kasih sayang, cinta, kekayaan, artha, jabatan dan lain sebagainya. Tetapi menurut orang Amerika sebagai mana dikemukakan oleh Prof Kasim Matar (Dosen UIN Alaludin Makassar) adalah keluarga. Kenapa tradisi minum teh di Jepang masih hidup ?. Dengan tetap mentradisikan minum teh bersama, masyarakat Jepang merawat semangat keluarga. Kemudian kenapa Negara tidak mengurus agama ?. MUI Turki menjawab; buat apa Negara mengurus agama, jika agama tidak diurus oleh keluarga.
Kenakalan remaja dan kejahatan sosial dan asusila atau adharma lainnya sangat mungkin berawal dari kegagalan keluarga. Sekolah dan masyarakat hanya menerima murid, siswa dan warga yang sebetulnya sudah lebih dahulu memdapat pendidikan dari keluarga. Anak yang berasal dari keluarga yang tidak baik, akan menyulitkan sekolah dimana ia menjadi murid. Kebiasaan dalam keluarga akan terbawa di sekolah. Bila dirumah anak dibiasakan bicara sopan, maka kebiasaan itu akan ia lakukan disekolah, demikian pula sebaliknya jika anak dibiasakan berbicara kotor, kasar dan sering mengumpat apalagi dimanja maka kebiasaan itu pula akan dilakukan disekolah dan ditengah - tengah masyarakat.
Kenakalan remaja, tawuran siswa, geng motor, pemakaian narkoba, begal, pencurian dan kejahatan lainnya sangat mungkin asal dan bibit kejahatan tersebut berasal dari keluarga remaja tersebut. Sekolah dan masyarakat hanya ikut menanggung akibatnya. Karena itu jangan menyalahkan sekolah,masyarakat dan negara. Orang tua amerika yang terkenal berbudaya berbudaya bebas, justru mencari putra - putrinya jika terlambat pulang sesuai dengan janji, hal ini yang dibangun adalah komitmen untuk membentuk keluarga untuk menepati jnji yang telah dibuat. Orang Jepang negeri Industri modern, tetap membiasakan minum teh bersama segenap anggota keluarga. Orang Turki selalu mengingatkan warganya bahwa keluargalah yang utama dan bertanggung jawab terhadap agama.
Jika kita cermati di negara kita bagaimana dengan orang tua, apakah peduli dengan apa yang ditonton putra - putrinya di HP, Android,Laptop dan lain - lainnya ?. Mungkin tidak !. Jika demikian itu berarti orang tua lebih bebas. Orang tua baru terkejut jika menerima berita bahwa anaknya kebut- kebutan, menjadi teroris, mencuri, tawuran dan berbagai permaslahan di luar sana. Ditengah deru keramaian hidup hendaknya jangan lupa keluarga. Karena dalam keluarga keheningan hidup dan damai bisa dijumpai. Kemacetan lalu lintas setiap saat bagi teman yang berada di daerah perkotaan, jangan menghalangi kita pulang ketengah keluarga. Kita bisa singgah di Cape untuk minum kopi, minum teh atau makan, tetapi akan lebih nikmat jika dinikmati bersama keluarga. Makanan modern diluar sana boleh menggoda kita tetapi pastikan jangan lupa sambal lalapan, lawar, ayan betutu atau makanan apapun yang disajikan oleh keluarga dirumah. Dengan keluarga semua jadi nikmat. Pastikan juga bahwa keluarga kita TIDAK punya andil terhadap kejahatan yang terjadi di masyarakat.
Oleh sebab itu untuk memastikan bahwa keluarga menjadi andil dalam kebaikan, kerukunan dalam masyarakat, nilai - nilai ajaran Hindu harus ditananmkan sejak anak usia dini bahkan semasih dalam kandungan. Berkiblat pada kakawin Ramayana I. 3 bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga dimana kebijaksanaan, memahami dan mengamalkan ajaran Veda, tekun memuja Tuhan dan leluhur serta memiliki sifat kasih sayang terhadap anggota keluarga dan masyarakat.
Tujuan Veda diturunkan kedunia oleh Tuhan dan diterima oleh para Rsi adalah untuk dipelajari dan diamalkan. Veda dipelajari untuk sebuah tujuan yang mulia yaitu untuk memperbaiki perilaku dan tradisi sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab Sarasamuccaya 177 ........phalaning sang Hyang Veda inaji......., kinawruhaning Sila muang acara. Pada pustaka Wrespati Tattva 33 disebutkan bahwa suksesnya kehidupan seserang sangat dipengaruhi oleh ketekunan mempelajari Veda (Vedadyayana), mengamalkan ajaran Veda (Tarka Jnyana) dan aktif dalam aktifitas sosial masyarakat (Daana). Dengan ketekunan dalam mempelajari ajaran Veda yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari, tentu akan melahirkan jiwa - jiwa seseoarang yang memiliki kecintaan dan kepedulian.Kecintaan terhadap agama (agama abhimana), kecintaan terhadap tanah air (Desa Abhimana) dan kecintaan terhadap Tuhan (dewa abhimana). Dengan cinta yang teah terpatri pada jiwa seseorang akan melahirkan rasa peduli terhadap pendidikan (Widya wahini), sosial (Paraja wahini) dan kepedulian terhadap kesehatan (Swastya wahini).
Dari berbagai uraian diatas dapat kiranya distarik suatu kesimpulan tentang nilai - nilai ajaran Veda yang dapat dijadikan pegangan untuk membangun keluarga harmonis sehingga keluarga tersebut bahagia yaitu sesuai dengan Niti Sastra XII.11 yaitu :
- Satya yaitu kejujuran yang merupaknsifat hakekat kemanusiaan yang merupakan bagian dari Tuhan yang di bawa oleh roh dan roh itu bersumber dari Tuhan. Tanpa sifat kesetiaan keluarga akan kehilangan kepercayaan. Kejujuran merupakan salah satu jalan menuju Tuhan, karena kejujuran wajib dilakukan, tanpa itu keluarga akan hancur dan kejujuran salah satu penyebab yang membuat dunia harmoni, selain hukum alam, penyucian diri, pengendalian diri, doa dan korban suci, sebagaimana disebutkan dalam kitab Atharvaveda XII.1.1 "Satyam brhad rtam ugra dikso tapo brahma yajna prtivim dharayanti". Untuk membangun kejujuran dalam keluarga mulailah dengan hal - hal sederhana yaitu selalu berkata baik dan jujur, sikap terbuka, selalu melihat dan mendengar yang baik serta selalu makan - makanan yan memiliki sifat sifat satvika.
- Ilmu Pengetahuan Suci. Dengan ilmu orang akan mampu berbuat banyak dalam memanajemen keluarga. Keluarga dimana anggota keluarga memiliki pengetahuan akan jauh lebih baik dan sangat terbuka serta luwes dalam pergaulan serta mampu membedakan yang baik dan buruk, boleh dan tidak bolah dan seterusnya, artinya dengan ilmu seseorang akan memiliki Wiweka. Dengan Ilmu keluarga akan memahami tugas dan fungsinya sebagai anggota keluarga dan dengan ilmu manusia mampu melepaskan diri dari penderitaan dan dengan ilmu pula seseorang dapat menuju kehidupan lebih baik atau dapat menuju swarga. Dan yang perlu diperhatikan setiap anggota keluarga adalah jangan jadikan ilmu menjadikan diri menjadi sombong, angkuh yang pada akhirnya mengecilkan hidup bermasyarakat, bahwa melupakan diri untuk menghormati leluhur dan tidak berbhakti pada Tuhan.
- Kewajiban Suci yang dimaksudkan dalam keluarga adalah kewajiban seoarang ayah, istri dan anak - anaknya. Kewajiban ini dilakukan semata - mata untuk peningkatan kualitas keluarga, baik yang berkaitan dengan pelaksanaan agama, interaksi sosial dan pemenuhan kenutuhan keluarga. Kewajiban suci seorang Swami sebagaimana terdapat dalam kitab suci Sarasamuccaya 242 adalah melindungi dan bertanggung atas kesehatan (sarira krti), pembangunan jiwa anak (prana data) dan menjamin kebutuhan akan makanan (anna data). Secara umum kewajiban suci orang tua (bapak/Ibu ) menurut Niti sastra VIII.3 adalima yang disebut Panca Vida yaitu Sang amentwaken (yang menyebabkan kita lahir), Sang Nitya Naweh Bhinojana (memberi makan dan minum), Sang Manggu Padyaya (Pendidikan bagi anak – anaknya), Sang Anyangaskara (pengendalian diri dan penyucian diri) dan Sang Matulung Urip. Kewajiban putra adalah menjaga orang tua baik masih hidup maupun setelah kematian. Kewajiban keluarga yang tidak kalah pentinnya adalah memenuhi kebutuhan keluarga berupa Ahara, Vihara dan Ausada. Ahara artinya membangun hidup yang berkualitas hendaknya diawali dengan mendapatkan makanan dan mengelola makanan dengan baik dan benar. Makanan yang diperoleh dari hasil kejahatan (dari mencuri, menipu, dan korupsi) dapat menutup hati nurani. Bila hati nurani kita tertutup maka kita akan mudah berbuat yang asubha karma. Seseorang yang terturup hati nuraninya tidak akan dapat melihat dengan baik sinar kebenaran. Dalam kitab Chandogya Upanisad : Ahara suddhau sattva suddhih, sattva suddhau dhruva smrtih smrti lambe sarvagranthinam vipra mokshah (makanan tingkat satvam menyucikan sifat – sifat satvam, dengan tersucikan sifat satvam, ingatan jadi tajam, dan dengan ingatan tajam (ingatan rohani) maka segala kotoran akan menjadi sirna). Selanjutnya kitab Bhagavad Gita XVII.8 disebutkan : Ayuhsattvabalarogya, Sukhapritiwiwardnahan, Rasyah snigdhah sthira hridya stasAharah sattvikapriyah (Makanan yang meberi hidup, kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kesenangan yang terasa least, lembut, menyegarkan dan enak adalah sangat disukai oleh satvika (orang baik). Makanan yang diperoleh dengan jalan dharma dan makanan tersebut yang least, lembut dan segar jika dikomsumsi maka dapat menjadikan kita Ayuh (dapat memperpanjang umur), Satvika ( mensucikan atma), Bala(memberikan kekuatan fisik), Arogya ( menjaga kesehatan). Sukha (memberi rasa bahagia), dan Viva dhayah (meningkatkan status kehidupan). Agar makan yang kita makan datang menghadirkan kehidupan yang sehat, kuat, panjang umur dan jauh dari penyakit dan tidak memakan dosa sendiri, hendaknya diawali dengan berdoa. Tetua – tetua kita dari dulu hingga sekarang setelah memasak selalu membuat banten saiban atau banten jotan. Tujuannya untuk menghapus dosa. Hal ini sangat jelas disebutkan dalam kitab Bhagavadgita III. 13 : Yajnasistasinah santo, mucyante sarvakilbisaih, bhunjate te tv agham papa, ye pacanty atmakaranat (Orang – orang yang baik yang makan apa yeng tersisa dari yajna, mereka itu terlepas dari segala dosa. Akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan untuk kepentingannya sendiri mereka itu adalah makan dosanya sendiri. Ausada yaitu upaya untuk memelihara kesehatan jasmani dan rohani, kesehatan fisik maupun mental. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamalkan kesusilaan (subha karma) antara lain Panca Yama Brata, Catur Paramita (empat kebajikan luhur), Tri Kaya Pari Sudha(tiga perbuatan yang suci/bersih), Tatvam Asi dan mengamalkan ajaran Vasudeva Kutumbhakam dalam kehidupan sehari – hari. Kitab Manawa Dharmasastra IX.36 disebutkan : Yadruam tupyate bijam, ksetre kalopapadite, Tad rg rohati tat tasmin, bijam svair byanjitam gunaih (Apapun macam benih yang disemaikan, disiapkan pada waktu – waktu tertentu, tumbuh dari jenis itu, ditandai oleh sifat – sifatnya yang khas dari benih itu, tumbuh dari padanya). Dalam upaya menciptakan suasana keluarga bahagia dan sejahtera, maka kesehatan tidak bisa diabaikan. Sebab kesehatan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan terciptanya kondisi keluarga bahagia dan sejahtera. Adalah sangat mustahil bagi suatu keluarga untuk dapat menikmati kondisi bahagia dan sejahtera jika berada dalam keadaan tidak sehat jasmani. Demikian halnya kesehatan mental dan kesehatan sosial sangatlah menentukan juga. Ada disebutkan “Dharmathakamamoksanan sariram sadhanan” artinya badan adalah alat untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Vihara yakni membina sikap hidup yang dapat mendatangkan kebahagiaan lahir dan batin. Veda memberi petunjuk kepada umatnya untuk mempelajari 2 (dua) Ilmu Pengetahuan yaitu yang bersifat spritual dan yang material (Dve Vidye viditavye para caivapara ca). Ilmu pengetahuan spiritual untuk melaksanakan dharma dan mencapai moksha, sedangkan ilmu pengetahuan material untuk memperoleh artha dan menikmati kama. Ini berarti tugas umat Hindu adalah melaksanakan dharma, mengumpulkan artha kekayaan, menikmati kama dan mecapai Moksha. Untuk mendapatkan itu semua wajib berlandaskan dharma. Tujuan hidup (Catur Purushartha) manusia jika dilaksanakan secara benar dan saling bersinergi maka ada peluang tercapainya tujuan hidup berupa kebahagian jasmani dan rohani seperti apa yang menjadi visi ajaran Hindu yaitu Mokshartham Jagadhita.
- Kasih Sayang atau Cinta kasih yang tulus adalah modal utama dalam penciptaan dunia. Tuhan dalam menciptakan dunia ini adalah karena cinta kasih. Karena itu cinta kasih sesungguhnya identik dengan Tuhan itu sendiri. Dimana ada cinta kasih yang tulus disana ada ketenangan, dimana ada ketengan pasti ada kedamaian, dimana ada kedamaian pasti ada kesejahteraan, dimana ada kesejahteraan disana ada kebahagiaan (ananda), dimana ada kebahagiaan disana pasti ada Tuhan. Didalam jiwa setiap orang sesungguhnya telah ada benih cinta kasih universal.Benih cinta kasih itu berasal dari Tuhan selaku Paramatma. Apa yang menjadi hakekat roh yang utama dimiliki juga oleh roh roh yang kecil (atma). Maka Tugas kita adalah memelihara dan merawat benih cinta kasih dengan mengamalkan kejujuran, kebajikan dan tiada menyakiti mahluk lain, maka hidup kita akan tenang dan damai. Bila Cinta kasih kita tujukan pada Tuhan, maka ia akan menjadi Bhakti. Bhakti bukanlah sekedar sikap tetapi merupakan rangkaian perbuatan yang dilakukan dengan penuh cinta kasih, hormat dan kagum atas keagungan-Nya. Cinta kasih yang ditujukan kepada manusia dan makhluk lain maka ia akan menjadi Kebajikan. Kebajikan diwujudkan tidak menyakiti mahkluk lain akan melahirkan kedamaian hidup dibumi. Jadi sesungguhnya cinta kasihlah yang melandasi kejujuran, kebajikan, tanpa kekerasan dan kedamaian. Rg Veda IX.86.30 dinyatakan ”Tvam usijah prathama agrbhnata, Tubhyena visva bhuvanani yebhin (Semoga terdapat cinta kasih didalam keluarga, semoga semuanya hidup dengan cinta kasih dibumi ini, semoga terdapat kesabaran, ketenangan dan kepercayaan diri).
- Kedamaian. Yang menentukan ada tidaknya perasaan damai dalam hati sesungguhnya adalah sikap pikiran. Ketertarikan akan kekayaan merupakan rintangan terbesar untuk mewujudkan pikiran yang shanty. Karena kedamaian itu berada dalam hati tidak dapat ditemukan di luar diri, karena itu ia harus dicari di dalam diri sendiri. Dalam kitab Atharva Veda XIX.9.1 disebutkan Santa dyauh santa prthivi santam idam urvantariksam, Santa udanvatir apah santa nah santu – osadhih (Semoga langit penuh damai, semoga bumi bebas dari gangguan – gangguan, semoga lapisan udara yang meliputi bumi yang luas menjadi tenang, semoga perairan yang mengalir menyejukan dan semoga semua tanaman dan tumbuhan menjadi bermanfaat untuk kami).
- Ksama artinya suka memberi maaf atau tidak suka melakukan kekerasan. Dalam keluarga dimana sering terjadi pertengkaran, percekcokan, mau menang sendiri maka apapun yang dikerjakan dalam keluarga tidak akan berphahala. Dan bagi yang merasa bersalah atau berbuat keliru cepat - cepatlah perbaiki diri dan upayakan jangan sampai terulang kesalahan yang kedua kalinya. Kesabaran penting pula diperhatikan. Tindakan tidak menyakiti semua mahkluk sangat ditekankan dalam agama Hindu. Dalam mantram Manu Smerti IV.238 :“Dharmam sanaik sangenus yadvalmikamiva pusthah, Pralokasaha yartham sarvabhutanyapedhayah (Jangan menyakiti mahluk apapun juga, biarlah ia perlahan – lahan memupuk sinar dharma itu, bagaikan anai anai mendirikan sarangnya). Dokrin Tri Kaya Parisudha harus dibiasakan dalam hidup sehari – hari untuk mewujudkan persahabatan (Maitri), ikut merasakan penderitaan orang lain (Karuna), ikut merasakan kebahagiaan orang lain berhasil (Mudita), maka jadikan diri selalu dalam keseimbangan (Upeksa). Itulah mutiara kebajikan yang mesti disemai dalam hidup keluarga ini. Itulah cara memperbaiki diri untuk mencapai kehidupan yang Idial. Kitab Sasasamuccaya 4 telah memberikan semangat untuk memualai misi untuk memperbaiki diri “Menjelma menjadi manusia adalah sungguh – sungguh utama, sebabnya demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, itulah keuntungan lahir sebagai manusia”. Tapi kita harus ingat belajarlah dari seekor Angsa walau ia mencari makan didalam Lumpur ia tidak pernah memakan kotoran dan selalu memilah – milah/viveka. Begitu juga manusia walaupun hidup didunia yang penuh dengan Rwa Bineda, ia harus memiliki viveka yakni membedakan mana yang baik, pantas, bagus dan mana yang buruk. Untuk memperaktekkan nilai kebenaran dengan brata, Tidak ingkar pada hokum karma. Untuk mewujudkan kebajikan ia harus berjanji untuk menghormati dan menghargai orang lain. Untuk mempraktekkan nilai kasih sayang ia harus menyayangi dirinya sendiri dan orang-orang terdekat, dan ia mendoakan agar orang lain dan dirinya sendiri. Doa : “loka samastasukhino bhawantu” tidak pernah diharapkan. Untuk mewujudkan nilai kedamaian maka berjanjilah untuk tidak membenci mahluk lain, tidak menganggu ketenangan orang lain dan lakukan kegiatan dengan kasih hindari jangan sampai menyakiti mahluk lain.
Demikian nilai - nilai ajaran veda dapat dijadikan pijakan dalam membangun keutuhan keluarga. Keluarga adalah pintu untuk meletakan pendidikan budi pekerti pada putra - putri kita. Baik buruk masa depan keluarga sangat tergantung dari peran suci orang tua. Dasar ajaran Veda ini hendaknya selalu diupayakan terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak - anak kita. Anak baik, surga bagi orang tua demikian pula orang tua baik dan bijaksana adalah surga bagi anak - anak kita dalam keluarga. Sifat seseorang yang menikmati surga di dunia ini adalah apabila ia memiliki sifat kasih sayang, ahimsa, jujur, tanggung jawab, hati yang damai dan suka memaafkan. Upaya pemenuhan kebutuhan berupa Ahara, Vihara dan Ausada hendaknya dimulai dari jiwa - jiwa yang murni, suci dan ikhlas.
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment