Tata Susila bearti aturan tingkah laku yang baik, memiliki makna sama dengan budi pekerti yakni alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menibang baik dan buruk, tabiat, watak, ahklak, perbuatan baik, kebaikan, daya upaya. Tata susila berhubungan dengan masalah baik dan buruk, pantas dan tidak pantas dan berkaitan pula dengan moral yaitu norma - norma dan nilai - nlia yang menjadi pegangan bagi seseorang untuk mengatur tingkah lakunya. Misalnya kita mengatakan seseorang tidak bermoral, berarti kita menganggap perbuatan orang tersebut melanggar nilai - nilai yang berlaku dimasyarakat. Dalam
Upanisad terdapat suatu dalil yang berbunyi “Brahman Atma Aikyam” artinya Brahman dan Atman adalah tunggal.
Bila tentang ajaran upanisad ini menjadi landasan etika. Maka tiap – tiap
orang yang memahami bahwa perbuatan apapun yang mereka lakukan apakah baik atau
buruk kepada sesamanya sesungguhnya ia berbuat untuk dirinya sendiri. Umpamanya
ada salah satu anggota tubuh kita terluka, maka akan merasakan semuanya anggota
tubuh yang lain. Dengan dasar pemahaman ini hendaknya kita yakin bahwa berbuat
baik itu untuk kebaikan semua mahluk dan juga untuk kebaikan diri sendiri.
Dalam hal ini kita telah mengamalkan ajaran Tattvam Asi dan Aham Brahma Asmi.
Karma berasal dari tiga hal yaitu
dari pikiran, perkataan dan perbuatan menimbulkan akibat baik dan
buruk, karena itu akan menimbulkan bermacam – macam keadaan pada diri manusia. Yang perlu dipahami
adalah bernafsu terhadap milik orang lain, berpikir tidak baik terhadap orang
lain, mengikuti ajaran yang salah yang ketiganya ini disebabkan oleh pikiran.
Kemudian mencemoh, berbohong, mengecilkan kebajikan orang lain dan berkata – kata bohong adalah
disebabkan oleh perkataan, selanjutnya yang bersumber dari anggota badan adalah
mengambil apa yang belum diberikan, melukai makhluk yang melanggar aturan,
hokum dan ajaran agama. Demikian tertuliskan pada kitab Sarasamuccaya.
Dengan dilandasi ajaran Tatvam Asi, Aham Brahma Asmi, maka kita telah
menempatkan aturan yang baik untuk membangun suatu perbuatn yang baik. Dalam
kitab Veda dikatakan perbuatan baik dan benar itu adalah mutlak karena dalam
diri setiap makhluk bersemayan roh yang utama. Dalam Bhagavadgita X.20
disebutkan :
aham atma gudakesa sarva - bhutasaya- sthitah
aham adis ca madyam ca bhutanam anta eva
(Wahai arjuna Aku adalah sang Diri yang bersemayam didalam hati semua
makhluk hidup.Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk).
Tujuan Tata susila adalah untuk membina hubungan
yang selaras antara keluarga yang membentuk masyarakat, antara satu bangsa
dengan bangsa yang lain dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Hubungan yang selaras ini jelas menyebabkan hidup yang damai. Hal ini
sangat didambakan oleh setiap orang, karena suasana damai sanat kondusif bagi
terujudnya kebahagiaan. Sebaliknya jika suatu keluarga, masyarakat atau bangsa
yang warganya mengalami hidup tidak rukun berarti kebahagiaan tidak akan
tercapai. ifat Kama, loba, kroda, moha, mada dan Matsyarya. Oleh sebab untuk selalu berada pada kehidupan yang damai suasana kondusif, nilai - nilai tata susila ini wajib untuk dikembangkan antara lain : Pertama; Kesetiaan atau kejujuran yaitu yang merupakan sifat hakekat kemanusiaan
yang merupakan bagian dari sifat Tuhan yang dibawa oleh roh dan roh itu
bersumber dari Tuhan. Tanpa sifat kesetiaan dan kejujuran ini manusia akan
kehilangan kemanusiaannya. Kejujuran merupakan salah satu jalan menuju Tuhan,
karena kejujuran merupakan sesuatu yang harus dijalankan, bahkan kejujuran
adalah penyangga akan keselamatan dunia. Kitab Atharva veda XIV.1.1 dan XII.1.1
menyebutkan ” Satyena uttabhita bhumih, suryena uttabhita dyauh, Rtena adityas tisthanti divi somo
adhi sritah, Satyam brhad rtam ugra diksa tapo brahma yajnah prthivim
dharayanti, Sa no bhutasya bhavyasya patni urum lokam prthivi nah kmotu (Kejujuran menyangga bumi, matahari
menyangga langit, hokum alam menyangga matahari, Tuhan Maha Esa meresapi
seluruh udara yang meliputi bumi (atmosfier). Kedua; Kebajikan menjadi dasar segala karma manusia.
Umat Hindu mendasari dirinya dengan ajaran Tri Kaya Parisuda.Ini merupakan wujud prilaku kebajikan. Kebajikan hubungan
dengan keluarga, wujud prilakunya adalah bagaimana tugas orang tua (Bapak,Ibu)
dan anak. Demikian juga kebajikan dilingkungan pekerjaan, tugas dan kewajiban masing – masing orang berbeda – beda, namun harus dilandasi
dengan nilai kejujuran/ kebenaran sehingga muncul perasaan puas atas perlakuan
diri sendiri kepada orang lain dengan tulus iklas. Nilai kebajikan harus
ditegakan didunia ini. Ciri
kebajikan pada diri manusia dapat dilihat dari prilakunya. antara
lain tidak suka marah, sopan, hormat, sabar, adil, berbuat dengan dasar hati
nurani, tidak mudah tersinggung, tenang, cerah dan berbagai sifat positif
lainnya. Kebajikan adalah realitas. Dalam
Rg Veda I.125.6 disebutkan : Daksina
vanto amrtham bhajante daksinavantah pratiranta ayuh (orang – orang yang
bermurah hati mencapai keabadian, mereka memperpanjang usia mereka). Ketiga; Nilai Cinta Kasih yang tulus adalah modal utama dalam
penciptaan dunia. Tuhan dalam menciptakan dunia ini adalah karena cinta kasih.
Karena itu cinta kasih sesungguhnya identik dengan Tuhan itu sendiri. Dimana
ada cinta kasih yang tulus disana ada ketenangan, dimana ada ketenangan pasti
ada kedamaian, dimana ada kedamaian pasti ada kesejahteraan, dimana ada
kesejahteraan disana ada kebahagiaan (ananda), dimana ada kebahagiaan disana
pasti ada Tuhan. Bila Cinta kasih kita tujukan pada Tuhan, maka ia akan menjadi Bhakti.
Bhakti bukanlah sekedar sikap tetapi merupakan rangkaian perbuatan yang
dilakukan dengan penuh cinta kasih, hormat dan kagum atas keagungan-Nya.Cinta kasih yang ditujukan kepada manusia dan makhluk lain maka ia akan
menjadi Kebajikan. Kebajikan diwujudkan tidak menyakiti mahkluk lain akan
melahirkan kedamaian hidup dibumi. Jadi sesungguhnya cinta kasihlah yang
melandasi kejujuran, kebajikan, tanpa kekerasan dan kedamaian. Rg Veda IX.86.30 dinyatakan ”Tvam usijah prathama agrbhnata, Tubhyena
visva bhuvanani yebhin (Semoga terdapat cinta kasih didalam keluarga,
semoga semuanya hidup dengan cinta kasih dibumi ini, semoga terdapat kesabaran,
ketenangan dan kepercayaan diri. Keempat ; Nilai Kedamaian. Yang menentukan ada tidaknya perasaan damai dalam hati
sesungguhnya adalah sikap pikiran. Ketertarikan akan kekayaan merupakan
rintangan terbesar untuk mewujudkan pikiran yang shanty. Karena kedamaian itu
berada dalam hati tidak dapat ditemukan di luar diri, karena itu ia harus
dicarai di dalam diri sendiri. Dalam kitab Atharva Veda XIX.9.1 disebutkan Santa dyauh santa prthivi santam idam
urvantariksam, Santa udanvatir apah santa nah santu – osadhih (Semoga langit
penuh damai, semoga bumi bebas dari gangguan – gangguan, semoga lapisan udara
yang meliputi bumi yang luas menjadi tenang, semoga perairan yang mengalir
menyejukan dan semoga semua tanaman dan tumbuhan menjadi bermanfaat untuk
kami). Kelima adalah Nilai Tanpa Kekerasan yaitu Tindakan tidak menyakiti semua mahkluk sangat ditekankan dalam agama Hindu.
Dalam mantram Manu Smerti IV.238 :“Dharmam sanaik sangenus yadvalmikamiva
pusthah, Pralokasaha yartham
sarvabhutanyapedhayah (Jangan
menyakiti mahluk apapun juga, biarlah ia perlahan – lahan memupuk sinar dharma
itu, bagaikan anai anai mendirikan sarangnya). Kelima nilai dasar Tata Susila Hindu untuk diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari guna dijadikan pedoman untuk selalu memperbaiki diri menuju kehidupan
yang hidup ideal yang sejahtera jasmani dan kebahagiaan rohani (Mokshartam
Jagadhita).
No comments:
Post a Comment