Monday, July 23, 2018


MENGENAL SEJARAH BERDIRINYA PURA LUHUR PATILA

Asal Usul Pura Luhur Patila yang berada di Desa Patila, Kec. Bone – Bone, Kab. Luwu Utara Provinsi Suawesi Selatan, pada awalnya atas penyampaian seorang bernama Nenek Bimbang. Nenek Bimbang adalah penganut Agama Islam dan tekun melaksanakan ibadah Agamanya. Nenek Bimbang pada hari-hari tertentu datang ke lereng gunung Patila. Ditempat ini Nenek Bimbang melakukan semadi. Ketika semadi nenek bimbang mendapat pawisik agar tempat ini dijaga oleh orang dari Bali. Karena itu maka tanggal 9 April 1972 Nenek Bimbang mendatangi orang Bali yang ada di Desa Sidomakmur, Kec. Bone – Bone, Kab. Luwu Utara. Nenek Bimbang ketemu dengan Gusti Aji kamat. Nenek Bimbang menyampaikan sesuatu yang pernah dialaminya. Bahwa di gunung Patila ada sebuah batu yang berbentuk/ berwujud manusia hamil. Menurut Nenek Bimbang agar Batu yang berbentuk manusia hamil tersebut dijaga dan dihormati karena dari tempat ini kita dapat memperoleh rezeki.

Oleh karena permintaan dan permohonan nenek bimbang tersebut maka pada tanggal 10 April 1972 Gusti Aji Kamat mengajak teman-temanya seperti : Pan Nari, Mangku Suja, Mangku Renteg, Pan Luh Natih, dan 10 orang,  berangkat menuju Lereng gunung . Dalam perjalanan ini rombongan dampingi oleh Nenek Bimbang. Perjalanan mereka sungguh berat, dimana mereka berjalan kaki terus mengikuti aliran sungai ke hulu, dan liku-liku sungai itu jumlahnya 9 kali belokan dan akhirnya rombongan sampai pada tempat yang dituju. Ketika melihat disekitar itu, mereka saling bertanya siapa sebenarnya yang beristana ditempat yang suci ini dan bagaimana riwayatnya.. Mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Nenek Bimbang, dan dalam keputusan mereka bersama persembahyangan tidak bisa dilaksanakan sekarang oleh karena kita sama sekali tidak membawa sarana/perlengkapan sesajen (banten).
            Tepat pada hari selasa Kliwon tanggal 15 April 1972 Purnama kedasa tokoh-tokoh itu kembali kegunung Patila untuk mengadakan persembahyangan dengan membawa Banten selengkapnya. Rombongan berjumlah 30 orang. Pemimpin sembahyang diserahkan kepada Pan Luh Natih dan dibantu oleh Mangku Suja, Embah Renteg. Mereka mempersiapkan tempat pemujaan berupa “ Turus Lumbung (Tempat Pemujaan Sementara). Sementara dalam pelaksanaan Ngastawa tiba-tiba ada salah seorang, bernama Pan Westri mengalami kelinggihan. Suara kata-kata yang diucapkannya adalah Yang disungsung atau dipuja ditempat ini adalah BHATARA NINI GIRI PUTRI. Setelah kejadian itu baru diadakan persembahyangan dilanjutkan dengan mohon tirta, disamping itu pula Tirta/air suci itu dibawa pulang digunakan untuk memerciki persawahan yang tujuannya memohon kemakmuran.
Berdasarkan hasil musyawarah bersama tokoh-tokoh umat Hindu, menghasilkan keputusan bahwa Pura tersebut diberi nama PURA LUHUR PATILA dan yang disungsung adalah Ida Bhatari Nini Giri Putri, yang Piodalannya setiap Purnama Kedasa. Untuk pertama kalinya diadakan tahun 1973. Demikian sekilas sejarah berdirinya Pura Patila, 

Selanjutnya tanggal 1 April 1999 Upacara Piodalan dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Buruan dari Geria Batu Agung Propinsi Bali. Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Ida Pedanda seperti : Padma Sari, Gedong, Taksu, Pengelurah dan dasar piyasan, semuanya itu atas dasar Swadaya murni Masyarakat Penyungsung dari berbagai daerah khususnya dari Kab. Luwu Utara dan Kab. Luwu Timur.
Tempat keadaan Pura saat ini, tidak seperti awalnya, yang kelilingi oleh hutan, tetapi disekitar Pura telah berubah dengan adanya tanaman Kelapa Sawit yang dimiliki penduduk muslim. Oleh kerana itu sangat diimbau agar tempat itu memiliki sertifikat, agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Demikian permintaan Bimas Hindu (Simon Kendek Paranta’) bersama rombongan ketika melakukan kunjungan kerja pada tanggal 03 April 2015 (I Ketut Mundra).-


No comments:

Post a Comment

MENGENAL SEJARAH BERDIRINYA PURA LUHUR PATILA Asal Usul Pura Luhur Patila yang berada di Desa Patila, Kec. Bone – Bone, Kab. Luwu Uta...